Sebagaiinformasi, belum lama ini memang terjadi sebuah pemboman di wilayah Kunduz utara Afganistan yang menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai lebih dari 140 lainnya. Seorang pembom bunuh diri dilaporkan meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan jemaah Syiah yang telah berkumpul di dalam masjid. KUNDUZ| okemedan. Bom bunuh diri di sebuah masjid Syi'ah di kota Kunduz, Afghanistan menewaskan sedikitnya 55 orang yang sedang beribadah sholat Jumat menurut kantor berita AFP. Serangan ini menjadi serangan yang paling mematikan sejak pasukan AS meninggalkan negara itu. MuslimSyiah Afghanistan melakukan perayaan hari Asyura di masjid di Kabul, Jumat 5 Agustus 2022, sementara ledakan bom menewaskan 8 orang di hari yang sama. A A A Pengaturan Font KABUL - Taliban mengatakan paling sedikit delapan orang tewas setelah sebuah bom yang disembunyikan di dalam sebuah gerobak meledak dekat masjid di sebuah daerah Sejakpenyerangan terhadap kaum Syiah di Sampang pada 2011, Azan telah berkumandang dari pengeras suara masjid di sekitar gedung Islamic Cutural Centre (ICC), di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Imam Husein bersama khafilahnya berangkat ke medan perang, sebelum meninggal dunia pada 10 Muharram. ISmenyerang Masjid Syiah di utara Mazar-e-Sharif yang menewaskan sedikitnya 12 jemaah Muslim Syiah. Sebelumnya juru bicara kepolisian Provinsi Kunduz mengatakan, jumlah korban tewas di Masjid Malawi Bashir Ahmad dan kompleks madrasah di Imam Saheb dua orang tewas dan enam luka-luka. Masjidyang memiliki arsitektur berbahan atau material utama kayu itu, hingga sekarang masih ramai dikunjungi warga. • Masjid Haji Keuchik Leumik. Letak. Masjid itu terletak persis di pinggir jalan negara atau lintas Banda Aceh-Medan di desa Pucok Krueng Beuracan, terletak di Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya. KBRN Lhokseumawe; Khadim SMS Kota Lhokseumawe, Tgk H. Alibasyah Ibrahim mengatakan. Masjid Syoehada di Gampoeng (Desa) Mongeudong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe akan menjadi tempat untuk pelaksanaan kegiatan Syi'ar Muhibbah Shubuh (SMS) Besok Subuh. Dalam pelaksanaan SMS minggu ini, pihaknya MKKG. Pertumbuhan Mazhab Syi’ah Di Sumatera Utara, mazhab Ahlulbait baru terlihat tahun 1990-an, tetapi tidak berkembang sampai tahun 2000-an. Mazhab Syi’ah ini dianut keluarga Sayyid Syaiful Wathan al Mahdhali Sayyid Dede dan beberapa pengikutnya. Sayyid Dede ini pernah memiliki yayasan Ulul Albab di Lokseumawe. Komunitas Syi’ah masih ekslusif sampai tahun 2002, ketika Sayyid Dede pindah ke Kota Medan dan mendirikan yayasan Amali. Setelah Sayyid Dede meninggal tahun 2002, kegiatannya vakum, dan yayasan dikendalikan Habib Ubaidan al Habsy dan merubah nama yayasan menjadi Yayasan Ahlulbait Indonesia YABI. Sebelum Habib Ubaidan al Habsyi wafat muncul pula Yayasan Islam Abu Thalib yang didirikan oleh Candiki Repantu, Ahmad Parwes Indo Pakistan dan Naparo Afandi Lubis. Peresmian Yayasan Islam Abu Thalib dihadiri Prof. Dr. Ramli A. Wahid Dir. Paska UINSU, Prof Dr. Yasir Nasution Rektor UINSU, dan Ayatullah Ramdhani ulama Syi’ah Iran. Rizal, Ridwan, Hasan, dan Fadillah, wawancara, 21/5/2016Yayasan Islam Abu Thalib ini menjadi pusat pertumbuhan mazhab Syi’ah Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh. Informasi terakhir di bulan Februari tahun 2018 pengurus Yayasan Islam Abu Thalib, telah berhasil menginisiasi berdirinya majelis taklim di 13 kabupaten kota di Provinsi Sumatra Utara. Sementara itu di Sumatra Barat dan Provinsi Aceh juga sudah berdiri beberapa majelis taklim anak-anak muda Syi’ah. Di yayasan inilah semua aktifis di Provinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Provinsi Aceh berlabuh dan berkomitmen, setelah pencarian bertahun-tahun. Ada yang 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun bahkan puluhan tahun. Tidak ada penganut Syi’ah yang sudah Syi’ah sejak lahir, kecuali yang sekarang masih berumur 10 mazhab Syi’ah dilakukan dengan cara sering mengadakan pameran buku, diskusi di kampus-kampus besar dan meningkatkan jumlah buku yang beredar. Pengajian rutin dan terbuka terus dilakukan. Pekerjaan mereka umumnya adalah mahasiswa, pedagang, dosen, guru, dokter atau lainya dan menjadi generasi pertama dari geliat pertumbuhan mazhab Syi’ah di Kota Medan. Mereka tidak membangun masjid, tetapi membaur dengan masjid-masjid yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Sebab secara fikiyah, mereka tidak ada masalah melaksanakan shalat di masjid masyarakat yang ada disekitarnya. Masyarakat tidak tahu mereka bermazhab Syi’ah, karena tidak menampakkan ke-Syi’ahanya demi menjaga harmoni. Mereka hanya Nampak Syi’ah di rumahnya sendiri atau di Husainiyah. Rizal, Ridwan, Hasan, dan Fadillah, wawancara, 21/5/2016 Pada saat ini anggota Syi’ah Sumatra Utara 600 KK dan 200 KK di Kota Medan, yang tidak ber-KK jumlahnya sekitar orang di Kota Medan dan di Sumut. Tidak semua yang ber kepala keluarga KK sudah bermazhab Syi’ah. Banyak juga yang isterinya masih menurut petinggi Aliansi Nasional Anti Syi’ah ANAS Kota Medan, anggota Syi’ah sekitar orang. Tidak jelas bagaimana cara memverifikasinya Yusuf, Wawancara, 3/6/2016. Yayasan Islam Abu Thalib memiliki perpustakaan umum dengan judul buku keagamaan dari berbagai penulis dalam dan luar negeri, Suni maupun Syi’ah. Perpustakaannya sederhana. Tempatnya luas, walaupun tanpa meja baca dan kursi. Jika diskusi, mereka lesehan. Perpustakaanya menyatu dengan kediaman pimpinan yayasan. Di samping ruang perpustakaan terdapat beberapa kamar tidur untuk para aktifis. Gedung ini sudah milik sendiri. Yayasan Islam Abu Thalib dipimpin oleh Candiki Repantu, seorang guru, antropolog dan dosen perguruan tinggi di Medan dan Lokseumawe. Kegiatannya adalah do’a malam senin, rabu dan jum’at, pengajian, dialog, diskusi, kajian filsafat dan teologi Islam. Dalam taklim yang peneliti ikuti, terlihat Candiki Repantu sangat familier dengan dalil dan pendapat ulama Suni. Ia sendiri tidak membedakan asal dalil, seperti dituduhkan anti Syi’ah. Rizal dan Repantu, Wawancara 12/5 2016. Sumber Pertumbuhan Syi’ah Di Kota Medan Sumatra Utara, oleh Wakhid Sugiyarto ************************ Ayo Gabung dengan Sekarang Juga! Artikel Syiah Lainnya Medan - Masjid Raya Al Mashun merupakan salah satu ikon dari Kota Medan. Masjid ini adalah saksi sejarah kebesaran Kesultanan Melayu di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Masjid Raya Al Mashun berdiri kokoh dan megah. Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara gaya Timur Tengah, Spanyol, dan dari situs Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar Sumatera Utara Sumut, pembangunan masjid ini dimulai pada 1906 dan selesai pada 1909. Pembangunan dilakukan di masa Sultan Ma'mun Al Rasyid dan menghabiskan biaya sekitar 1 juta gulden. "Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli," tulis situs Disbudpar seperti dilihat detikcom, Jumat 14/5/2021.Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara, dan barat. Masjid ini disebut mampu menampung dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara UINSU, Hendri Dalimunthe, mengatakan masjid ini memperkuat eksistensi dari Kesultanan Deli. Dia menyebut Istana Maimun dan Taman Sri Deli, yang berada di dekat masjid, awalnya berada di satu kompleks yang sama."Satu kesatuan, satu kompleks. Istana Maimun itu tempat pemerintahan tradisional Sultan Deli, Masjid Raya tempat ibadah, taman itu sebagai tempat bangsawan duduk di sore hari," ucap Hendri."Masjid raya ini juga bentuk kemegahan dari Kesultanan Deli, itu dibangun di masa Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam. Jadi sultan ini yang membangun, dia juga yang menentukan siapa yang menjadi imam di masjid itu," Masjid Raya disebut memiliki terowongan bawah tanah >>> 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID HXH6jpZpz-l271ToACgis6qavH5TjJnbx0du5vgkrEsyHn0RoxXRiw== Masjid Syiah di Pondok Gede Bekasi ā€œMasjid al Mahdiā€ - Ajaran sesat syiah rupanya mulai menggurita dan menampakkan taringnya. Satu diantara indikasinya adalah dibangunnya masjid-masjid syiah di Indonesia. Adalah Masjid Al-Mahdi yang beralamat di Jl. Raya Hankam RT 04/RW02 No79 Kel. Jati Rangon, Jatisampurna, Pondok Gede, Bekasi merupakan salah satu masjid Syiah terbesar di Indonesia. Waspadalah! Selain menjadi sarana peribadatan, masjid ini juga digunakan untuk kajian beberapa tokoh Syiah sebagai berikut 1. Kajian Tafsir Al-Quran Yang Di Bawakan Oleh Husein Alatas, Othman Omar Syihab,Dan Ali Bahasa Ibu-Ibu Oleh Ali Alhaddad, Dzikir Dan Sholawat Situs blog masjid Syiah "al-Mahdi" nisyi/ ************************ Ayo Gabung dengan Sekarang Juga! Artikel Syiah Lainnya Daftar Isi Masjid Bersejarah di Medan 1. Masjid Raya Medan 2. Masjid Lama Gang Bangkok 3. Masjid Al-Osmani 4. Masjid Ghaudiyah Medan 5. Masjid Jamik 6. Masjid Baiduzzaman Medan - Masjid bersejarah di Medan pastinya memiliki segudang cerita. Selain segudang cerita, masjid bersejarah di Medan tak kalah megah, indah, dan cocok yang bersejarah itu tentunya memiliki ciri khas tersendiri. Hal tersebut membuat detikers pastinya semakin tertarik untuk mengunjungi masjid-masjid bersejarah di Medan. Berwisata sekaligus juga beribadah apa sajakah masjid bersejarah di Medan? Berikut detikSumut hadirkan daftarnya! Masjid Bersejarah di Medan1. Masjid Raya MedanTerletak di Jalan Sisingamangaraja, Masjid Raya Medan merupakan salah satu masjid bersejarah di Medan. Masjid Raya Medan diketahui dibangun pada 1906 dan selesai pada laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Masjid Raya Medan memiliki gaya arsitektur dari gabungan Timur Tengah, India, dan Spanyol. Bentuk Masjid Raya Medan juga dibangun dengan segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, barat, dan Raya Medan juga dikenal sebagai saksi kehebatan suku Melayu dan Kesultanan Raya Al Mashun Medan Foto Masjid Raya Al Mashun Medan Arfah-detikcom2. Masjid Lama Gang BangkokMasjid Lama Gang Bangkok dibangun pada tahun 1874. Terletak di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota dan ornamen yang ada dalam Masjid Lama Gang Bangkok menjadi bukti Kota Medan sejak ratusan tahun silam sudah merupakan kota multi etnis. Sebab atapnya tidak berbentuk terlihat seperti kubah, melainkan lebih mirip seperti khas China yang seperti kelentengMasjid Lama Gang Bengkok Foto Masjid Lama Gang Bengkok Istimewa3. Masjid Al-OsmaniDibangun tahun 1854. Masjid Al-Osmani tercatat dibangun oleh Raja Deli ketujuh yakni Sultan Osman Perkasa Alam. Pada awal pembangunannya, masjid ini dibangun dengan kayu. Sejak Sultan Mahmud Perkasa Alam yakni anak dari Sultan Osman Perkasa Alam menjadi raja, pembangunan masjid ditetapkan yang tertarik melihat kemegahan masjid ini bisa mengunjunginya di Jalan Kol Yos Sudarso, Km. 19, 5, Labuhan, Pekan Labuhan, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan. Selain shalat nantinya, detikers juga bisa melihat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan Raja Deli IV, Tuanku Panglima Gandar Wahid Raja Deli V, Sultan Amaluddin Perkasa Alam Raja Deli VI, Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sultan Mahmud Perkasa Al Osmani Foto Masjid Al Osmani Istimewa4. Masjid Ghaudiyah MedanBerada di Jalan KH. Zainul Arifin, Petisah Tengah, Kota Medan. Melansir jurnal Masjid Ghaudiyah dan Pendidikan Islam Internalisasi Nilai-Nilai Islam bagi Etnis India Muslim di Kota Medan bahwa didirikan oleh Yayasan India Ghaudiyah berdiri pada tahun 1908. Pembangunan awal masjid adalah dari swasembada dan swakelola yang dikutip dari infak, sedekah masyarakat dan etnis India Muslim. Menariknya, terdapat bukti sejarah yang masih terlihat sampai saat ini adalah komplek pemakaman etnis India Muslim yang berada di belakang Masjid JamikDibangun pada tahun 1887. Masjid Jamik memiliki letak yang tak jauh dari Masjid Ghaudiyah Medan yakni di Jalan Taruma Simpang Jalan Kejaksaan Medan. Pembangunan masjid ini juga tidak terlepas dari Yayasan India ini berdiri di atas tanah yang diwakafkan oleh Sultan Deli. Masjid Jamik memiliki luas tanah sekitar Masjid BaiduzzamanTerletak di Jalan Asam Kumbang Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, masjid ini ditetapkan sebagai salah satu masjid tertua yang ada di kota Medan. Masjid Baiduzzaman didirikan sejak tahun yang menjadi saksi sejarah Masjid Baiduzzaman adalah Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti. Menariknya detikers, masjid ini menggunakan putih telur sebagai pengganti semen. Sebab, pembangunan masjid ini sempat ditentang oleh Kolonial Belanda sehingga material semen sengaja tidak diizinkan untuk membangun masjid 6 masjid bersejarah di Medan. Detikers nantinya bisa mendatangi masjid-masjid tersebut saat bulan Ramadan tiba. Simak Video "Masjid Tua Jerrae yang Dipercaya Dibangun dari Pohon Cabai" [GambasVideo 20detik] nkm/nkm

masjid syiah di medan